Hari itu ayam baru mulai
berkokok, aku sudah siap-siap dipintu rumah untuk berangkat ke kantor. Maklum
rumah dengan tempat kantor ku agak jauh jaraknya sehingga aku harus memelurkan
sedikit waktu untuk menghabiskan tidur ku di angkutan umum dibandingkan dikasurku
yang empuk. Hari ini sedikit kesal karena seharusnya aku bisa menghabiskan masa
liburku kemarin dengan beristirahat malah ku gunakan untuk gotong royong
membersihkan rumah. Dengan sedikit muka kusam dan ngantuk aku berpamitan dengan
orang tuaku dan mulai berjalan kaki ke gerbang perumahan untuk naik angkot. Aku
lebih memilih menggunakan angkutan umum karena selain aku bisa beristirahat,
aku bisa ikut berpartisipasi dalam hal “Go Green”. Yuup.. semakin banyak
angkutan yang digunakan semakin sedikit minyak bumi yang diperas untuk memberi
makan angkutan kita. Lagi pula macet bisa berkurang itu pikirku.
Aku sedikit menunggu lama kali
ini untuk bisa mendapatkan angkutan, “huuufffffttt” aku berdesah. Sekitar 20
menitan dari tempat ku menunggu akhirnya ada juga angkutan yang lewat. Aku
naik. Sudah terbiasa jika hanya ada aku dan supir yang ada diangkutan ini.
Nanti juga akan penuh sendiri selama perjalanan. Akhirnya ku pejamkan mataku
dan aku pun tertidur dengan memegang erat tas ku. Aku tebangun, ku lihat
sekitar ku, “oh sudah penuh” dalam hati. Sekitar ada 11 orang, beberapa ada
laki-laki dan perempuan. Sepertinya orang-orang yang ingin bekerja sama
sepertiku. Ku lihat jam tangan yang ada di sebelah kiriku, yaa lumayan sudah 10
menit aku tertidur. Ku lihat ke depan jalan, jalan masih gelap, matahari belum
siap menerangi jalan. “padahal ini sudah jam setengah 6” pikirku. Aku pun
melihat orang-orang disekitarku. Ooh ternyata ada anak berseragam juga, dia pun
sepertinya masih mengantuk karena tangannya menompang mukanya yang mengantuk.
Aku jadi teringat ketika masa-masa dulu waktu SMP ….. pas berhenti di lampu
merah, ada seseorang dengan penampilan anak punk. Masih muda, dia menggunakan
baju lengan pendek sehingga tangannya yang bertato terlihat. Rambutnya di cat
kuning, padahal kulitnya hitam, di telinganya telihat ada benda hitam besar
seperti anting, tapi masa laki-laki memiliki anting pikirku. Dia terus masuk
dan mengucapkan sesuatu yang tidak bisa aku dengar lalu dia bernyanyi. Ooh dia
pengamen bukan penjambret. Setelah dia selesai bernyanyi, tangannya disodorkan
kepada kami semua, aku hanya menyatukan kedua tanganku tanda “Maaf. Mungkin
lain kali”.
Yaa.. sekarang jamannya
orang-orang lebih suka menyodorkan tangan dibandingkan mengeluarkan keringat.
Alasannya tidak bekerja, pekerjaan susah sekarang, harus pakai duit lah, inilah
itulaah. Bukankah itu hanya alasan biasa saja? Bukankah susah karena kita tidak
terbiasa? Aku sedikit trauma dengan para pengemis, karena menurut berita
ternyata penghasilan mereka sebulan bisa lebih besar dibandingkan saya yang
bekerja keras. Aahhh, tidak masuk akal.
Setelah sore hari ketika pulang
kerja......
Ketika aku sedang menunggu
angkutan untuk pulang ke rumah, Aku melihat seorang kakek-kakek sedang duduk di
pinggir jalan. Dia menggunakan topi hitam dan handuk di bahunya. Saat ku lihat,
kakek itu sedang mengambil handuknya dan mengibas-ngibaskan handuknya. Sepertinya
kakek itu kelelahan. Ku lihat disampingnya ada gerobak, aku tak tau dia
berjualan apa sampai mengeluarkan keringat yang begitu banyak. Aku merasa iba
melihatnya. Ku meraba sakuku, “ah, ada sedikit uang”. Aku bertanya, “bang beli”.
“eh, iya neng”, kakek-kakek itu langsung menyikapkan handuknya ke lehernya
kembali. “mau beli berapa neng? Tapi es nya udah agak mencair”, Tanya kakek
itu. Ooh.. kakek ini jualan es toh. “nggak apa-apa kek. Beli dua yaa”, ucapku
tanpa ku pikirkan. Iyalah buat apa aku makan ice cream yang sudah mencair
sampai beli dua lagi.
Kakek itu langsung melayaniku. Setelah
selesai, aku berikan sedikit uangku kepada kakek tersebut. “nggak usah
kembalian kek, simpan saja”. “makasiih ya neng” kakek itu sedikit menunduk. Lalu
aku meninggalkan beliau.
Aku jadi berpikir, ada dua
kejadian hari ini yang jaaaaauuuuuh sangat berbeda baik dari usia maupun
pengalaman. Anak muda yang aku temui di pagi hari, dia hanya menggandalkan
mulut untuk berbicara. Tapi orang yang lebih tua memilih untuk bekerja keras
walaupun hanya sebesar seribu rupiah. Emang sih banyak orang tua yang menjadi
pengemis pula, tapi bukan itu intinya. Intinya adalah kerja keras
sebagaimanapun pasti akan ada hasil. PASTI. Baik cepat ataupun lambat asal kita
tekun, sabar dan senang dengan bersyukur pasti akan ada hasilnya.
Uang bukan segalanya, tapi rasa
ketenangan akan jiwa itulah yang sebenarnya. Kita tak perlu lah memiliki tangan
yang dibawah kalau bisa jadilah yang diatas. Walalupun kita hanya hidup
pas-pasan tapi berusahalah tangan kita untuk selalu ada diatas. Kerja keras
lah, cari kerja itu sampai dapat. Kalau memang tidak bisa mencari kerja bukalah
lapangan pekerjaan. Jangan maunya kerja di kantor saja, pekerjaan yang penting
halal itu adalah yang paling utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar